Jumat, 30 Desember 2016

RESUME SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS

RESUME SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS
1.    Pengertian dan Objek Pembahasan Sejarah Perkembangan Hadits
Perkembangan hadits adalah masa atau periode-periode yang telah dilalui oleh hadits semenjak dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi.
Objek pembahasan dan penelaahan sejarah hadits adalah:
a.     Mendalami mengenai ciri-ciri dari setiap periode, dengan memperhatikan keadaan dan sikap umat dan masyarakatnya serta pengaruh timbal balik antara hadits dan masyarakat tempat berkembangnya hadits.
b.    Tentang biografi pemuka-pemuka hadits (muhaditsin), sehingga dapat diketahui jalan-jalan (aktivitas) yang telah mereka lalui.

2.    Periodisasi Sejarah Perkembangan Hadits
Para ulama dan penulis hadits berbeda-beda dalam membagi periode-periode sejarah hadits. Ada yang membagi tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.
Periodisasi sejarah hadits yang membagi dalam tujuh periode, yaitu:
1.    Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada zaman Rasulullah: 13-11 SH).
2.    Masa pembatasan riwayat (masa Khulafaur Rasyidin: 12-40 H).
3.    Masa pencarian hadits (masa generasi Thabi’in dan Shahabat-Shahabat muda: 41 – akhir abad ke-1 H).
4.    Masa pembukuan hadits (permulaan abad ke-2 H).
5.    Masa penyaringan dan seleksi ketat (awal abad ke-3 H).
6.    Masa penyusunan kitab-kitab koleksi (awal abad ke-4 H sampai jatuhnya kota Baghdad pada tahun 656 H).
7.    Masa pembuatan kitab syarah hadits, kitab-kitab tahrij, dan penyusunan kitab-kitab koleksi yang lebih umum (656 H dan seterusnya).
Periodisasi sejarah perkembangan hadits yang membagi pada lima periode dirumuskan oleh Abd al-Aziz al-Khuli dalam Tarikh Funun al-Hadits adalah sebagai berikut:
1.    Hafidzus sunnatu fiisshudur, yaitu memelihara hadits dalam hafalan (berlangsung selama abad ke-1 H).
2.    Tadwiiniha , yaitu pentadwinan hadits dengan masih tercampurnya hadits dengan fatwa Shahabat dan Thabi’in (selama abad ke-2 H).
3.    Ifraaduhaa bittadwiin, yaitu tadwin dengan memisahkan hadits dari fatwa Shahabat dan Thabi’in (di awal abad ke-4 H).
4.    Tajriidusshahiih, yaitu keshahihan seleksi hadits.
5.    Tahdziihaa bittartiiba aljami’u wassyarh, yakni tadwin hadits tahdzib dengan pen-sistematisasi-an, penggabungan, dan penyerahan (mulai abad ke-4 H).
Adapun periodisasi yang membagi sejarah pekembangan hadits dalam tiga periode, yaitu:
1.    Periode Qabla al-Tadwin (masa Nabi Muhammad SAW sampai tahun 100 H, masa sebelum hadits ditadwin secara resmi).
2.    Periode ‘Inda al-Tadwin (sejak tahun 101 H sampai akhir abad ke-3 H, selama aktivitas tadwin resmi).
3.    Periode Ba’da al-Tadwin (sejak abad ke-4 H sampai masa-masa selanjutnya setelah hadits terkoleksi dalam kitab atau diwan hadits.

3.    Perkembangan Hadits dari Masa ke Masa
1.    Masa Rasulallah
Pada periode ini sejarah hadits disebut “Ashr al-Wahyi al-Takwin”, yitu masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat islam) berupa sabda (aqwal), af’al dan taqrir  Nabi yang berfungsi menerangkan al-Quran dalam rangka menegakkan syari’at Islam dan membentuk masyarakat Islam dan telah diterima oleh para Shahabat dipelihara dalam hafalan, penulisan, dan amalan mereka.
2.    Masa Khulafaur Rasyidin (11 H- 40 H)
Periode ini disebut “Ashr al-Tatsabbut wa al-Iqlal min al-Riwayah”, yaitu masa pematerian dan penyedikitan riwayat. Abu  Bakar sebagai khalifah pertama secara bersungguh-sungguh segera mengadakan usaha pengumpulan al-Quran atas usul Umar, yang pada masa Nabi Muhammad SAW ayat-ayat al-Quran sudah tertulis seluruhnya tetapi belum terkumpul. Realisasinya ditangani oleh Zaid Ibn Tsabit, usaha ini disempurnakan pada masa Utsman Ibn Affan, yakni dengan membukukan al-Quran yang disalin dari lembaran hasil penulisan pada masa Abu Bakar.
3.    Masa Shahabat Kecil dan Thabi’in (40 H-100 H)
Periode ini disebut “Ashr Intisayar al-Riwayah ila al-Amshar”, yaitu masa berkembang dan meluasnya periwayatan Hadits. Saat Islam makin meluas, Shahabat kecil dan Thabi’in mencari hadits dengan menanyakan dan belajar kepada Shahabat besar yang sudah tersebar di seluruh wilayah Daulah Islamiyah.
4.    Masa Abad Kedua dan Ketiga Hijriyah (100 H-200 H dan 200 H-300 H)
Periode keempat disebut “Ashr al-Kitabah al-Tadwin”, yaitu masa penulisan dan pembukuan secara resmi yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah secara umum.
5.    Masa Mutaakhirin (diawali pada tahun 300 H)

Periode ini disebut “Ashr al-Tahzhib wa al-Tartib wa al-Istidrak wa al-Jami’i”, yaitu masa pembersihan, penyusunan, penambahan dan pengumpulan, berlangsung sejak abad ke-4 sampai 656 H. Sedangkan periode ketujuh disebut “Ashr al-Syarh wa al-Jami’i wa al-Takhrij wa al-Bahts”, yaitu masa penyerahan, pengumpulan, pentakhrijan, dan pembahasan, berlangsung mulai tahun 656 H. Saat berakhirnya Daulah Abbasiyyah sampai masa-masa seterusnya. Ulama yang hidup pada abad ke-4 H disebut ulama Mutaakhirin, sedangkan ulama yang hidup sebelumnya disebut ulama Mutaqaddimin.

Tidak ada komentar: