RESENSI BUKU “101 DOSA PENULIS
PEMULA” MENGUPAS INTI SARI WORKSHOP MENULIS ASMA NADIA
Judul :
101 Dosa Penulis Pemula
Penulis :
Isa Alamsyah
Co
Writer :
Asma Nadia
Coach
Editor : Asma Nadia
Editor
: Armiadi Asamat
Desain Sampul : Wasi Kendedes
Ilustrasi Isi : Wasi Kendedes
Layout : Isa Alamsyah
Proofreader : Armiadi Asamat, Alie Isfah,
Ika Prasetya
Penerbit :
AsmaNadia Publishing House, 2014
Jumlah Halaman : ___ + 350 hlm.; 20,5
ISBN :
978-602-9055-24-5
Harga :
Rp. 58,000,00
Ada dua cara belajar
kepenulisan. Cara pertama adalah memberi tahu bagaimana menulis yang baik
dengan berbagai teori. Metode ini lazim dilakukan di sekolah dan lembaga pendidikan.
Cara kedua adalah belajar dari kesalahan sendiri atau orang lain sehingga
terhindar dari kesalahan yang sama. Metode diterapkan secara alamiah dalam
kehidupan.
Dari jatuh, seorang
anak belajar berdiri, berjalan, dan berlari.
Dari gagal, kita belajar
untuk sukses.
Dari masalah, kita
berpikir mencari solusi.
Dari mengetahui
dosa-dosa dalam menulis, kita mengerti bagaimana menulis dengan benar dan
menarik.
Sinopsis:
Tidak ada penulis yang
sempurna.
Setiap penulis pasti
pernah melakukan "dosa" kepenulisan dalam proses kreatifnya.
Di antara dosa-dosa
kepenulisan, banyak dosa sejenis yang pernah dilanggar hampir semua penulis.
Buku ini mengumpulkan
daftar dosa kepenulisan yang paling sering dilanggar penulis pemula, bahkan
penulis profesional.
Daftar dosa disusun
berdasarkan pengamatan atas ribuan tulisan yang berasal dari peserta lomba atau
peserta workshop kepenulisan yang digawangi Asma Nadia, peserta privat/coaching buku, posting-an di Komunitas Bisa Menulis dan juga karya tulis yang
sudah beredar di tengah masyarakat.
Dari berbagai karya
yang ada, seringkali ditemukan pelanggaran khas yang dilakukan secara berulang
nyaris oleh semua penulis pemula.
Dari semua kesalahan
yang sering dilanggar, terkumpul daftar 101 dosa penulis pemula. Sebenarnya masih
banyak dosa lain yang juga sering dilanggar, tapi sementara, terhindar dari 101
dosa ini saja, sudah cukup untuk membuka kemungkinan masuk dalam surganya para
penulis.
Apa itu? Karyanya
dihargai, diakui, memberi sesuatu pada pembaca, dan tidak mustahil jika memberi
banyak manfaat dan kontribusi bagi perubahan dunia yang lebih baik, akan
membawa penulis ke surga yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Dari sinilah terkumpul
daftar 101 dosa penulis pemula, yang bisa dibilang daftar dosa standar yang
wajib diinsafi untuk bisa masuk ke dalam surga para penulis.
Ke-101 dosa dipilah ke
dalam 12 bagian dengan sub judul bagian, sesuai kategori dosa. Diawali dengan
bagian Lima Dosa Utama dan diakhiri dengan Lima Dosa Terkait Mental dan Sikap
Penulis.
Pemilihan kata "dosa"
memang terkesan kontroversial sekaligus menohok. Untuk itu, di bagian awal buku
sudah dicantumkan simbol ralat agar dapat menempatkan makna dosa sebagai
kesalahan.
Review:
"Tidak ada penulis yang sempurna!" begitu kata Isa
Alamsyah pada pembukaan buku '101 Dosa Penulis Pemula'. Pertama kali saya
membaca kalimat awalnya ini saya sudah berpikir bahwa dalam sebuah karya memang
ada penilaian sudut pandang dari macam-macam pembaca, tergantung siapa
pembacanya. Apa ia termasuk pembaca 'selintas' atau 'bersungguh-sungguh'
membaca sehingga ia bisa mendapatkan ilmu yang dipahami dari hasil bacaannya.
Berbicara tentang "ketidaksempurnaan" seorang
penulis, Isa Alamsyah dalam bukunya menganggap sebagai 'dosa' yang dilakukan
seorang penulis atas dasar ketidaksempurnaannya dalam tulisan. Kata 'dosa' menjadi
pilihan penulis dalam mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang seringkali dibuat
oleh penulis pemula.
Dalam buku ini, Isa Alamsyah membagi dalam 17 bagian
kesalahan yang seringkali dibuat oleh penulis pemula (walaupun dalam cetakan
ini, sepertinya Pak Isa Alamsyah lupa bahwa setelah bagian ke 16, langsung
bagian 12, bukan bagian 17. Silahkan diperiksa kembali).
Buku yang cukup tebal
ini didominasi warna hitam di bagian sampulnya dengan foto sang penulis yang sedang
mencermati tulisan menggunakan kaca pembesar. Desain ini cukup menarik dan
menggambarkan isi buku sendiri, yang mengupas inti sari workshop menulis Asma Nadia. Dengan adanya endorsement dari Asma Nadia selaku penulis sekaligus CEO penerbit
buku 101 Dosa Penulis Pemula ini, buku ini juga bisa dibilang termasuk buku
yang disarankan dan menarik perhatian pembaca di toko buku.
Kelebihan:
Pemilihan judul cukup
menggelitik, unik, dan memicu kontroversi. Ini menjadi salah satu ciri khas
Asma Nadia Publishing House, di mana beberapa judul bukunya memang dipilih
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian pembaca tanpa melupakan gambaran isi
buku yang sesungguhnya. Simak saja judul buku motivasi Agung Pribadi berjudul
“Gara-Gara Indonesia”, atau karya laris Asma Nadia, “Salon Kepribadian, Jangan
Jadi Muslimah Nyebelin”. Saya sendiri memutuskan membeli buku 101 Dosa Penulis
Pemula ini karena tergoda membaca judulnya, apalagi setelah mengetahui bocoran
ringkas isi buku. Terkait pemilihan judul buku yang tepat ini juga dibahas
dalam bagian empat “Delapan Dosa dalam Judul”, terutama di bagian dosa ke-15
dan ke-16.
Dikatakan, “Banyak
karya penulis pemula yang tidak dilirik penerbit karena judulnya tidak greget.”
(halaman 47).
“Judul menggebrak
berarti ada keunikan, punya daya dobrak, greget, atau provokatif. Memilih judul
yang menggerakkan akan mengundang pembaca ingin tahu isi tulisannya.”
(halaman 47).
Mengapa penulis pemula?
Sesungguhnya seperti disinggung di depan, tidak hanya penulis pemula saja yang
mungkin melakukan kesalahan dalam proses kreatifnya. Penulis senior yang sudah
mengantongi jam terbang tinggi pun tak luput dari cela. Bisa kita buktikan dari
novel-novel atau buku-buku nonfiksi karya mereka yang biasanya masih
menyelipkan typo (kesalahan ketik
atau ejaan). Namun logisnya, penulis pemula memang rentan melakukan lebih
banyak kesalahan mendasar.
Alur dosa yang
dipaparkan disusun berdasarkan bagian dalam sebuah karya fiksi, meskipun tidak
menutup kemungkinan bisa juga diterapkan dalam menulis nonfiksi. Contoh-contoh
paragraf yang dicantumkan pun nyaris seluruhnya diambil dari karya fiksi
anggota grup Komunitas Bisa Menulis. Antara lain, pengulangan kata, kalimat
tidak efektif, ide yang klise, judul tidak menarik, opening tulisan yang tidak
menggebrak, terlalu banyak konflik, ending yang tidak logis, tidak ada
lanjaran, narasi bertele-tele, pembaca tidak terikat secara emosional dengan
karakter, miskin kosa kata, setting
tempelan, dialog tidak cerdas, POV tidak konsisten, tidak paham konsep
alur-plot, nihil pesan, hingga kepribadian sebagai penulis yang malas dan cepat
puas.
Pemaparan yang gamblang
disertai contoh konkrit menjadi daya tarik buku ini, apalagi jika mengingat
target utama pembacanya yang merupakan penulis pemula. Coba kita simak kutipan
berikut:
“Seharusnya sejak awal
seorang penulis berpikir untuk menemukan ide yang unik dan tidak biasa.
Menyajikan hal baru dalam karyanya. Pertanyaan yang muncul dalam benak seorang
penulis harusnya bermula dari: apa yang akan saya tulis? Apa yang membedakannya
dari tulisan yang telah ada? Bagaimana membuat tulisan saya berbeda atau lebih
baik dari tulisan yang telah ada? Apa hal unik yang bisa saya gagas?”
(halaman 31).
“Opening bertele-tele
juga bisa terjadi karena penulis menceritakan banyak aktivitas secara kronologis
atau berurutan, tapi informasinya tidak terlalu penting. Misalnya; Sepulang
sekolah, setelah berganti pakaian, makan siang, lalu sholat zhuhur, dst
(opening karya H. Mahfuzhoh).” (hal. 77).
Banyak pula tips dan
catatan khusus yang disisipkan di satu halaman tersendiri dengan font berbeda. Misalnya, tips menulis Aku
dan Ku dalam tulisan (halaman 8). Hal ini tentunya makin memudahkan pembaca
untuk memahami materi.
Keunggulan lain buku
ini adalah dicantumkannya rekomendasi buku-buku maupun film yang mendukung
pemahaman pembaca terkait materi di beberapa babnya.
Contohnya di halaman 97
penulis menyebutkan buku No Excuse! Dan menyatakan bahwa pembaca bilang seperti
ditampar-tampar ketika membaca, sebagai contoh nyata buku yang membekas di hati
dan benak pembaca. Juga dimunculkannya novel motivasi Mengejar-ngejar Mimpi
sebagai penegas bahwa baik dalam karya fiksi maupun non fiksi, juga tulisan
ringan, sangat perlu memasukkan konflik, peristiwa, atau masalah, hingga sebuah
karya menjadi lebih kuat. (hal. 98).
Simak juga penjabaran
mengenai alur bertingkat waktu dan alur lintas waktu. Penulis menyertakan
sederet novel dan film sebagai rekomendasi bahan belajar dan memperkaya
imajinasi serta kreativitas sebagai penulis (hal. 264).
Selama menyimak
penjelasan demi penjelasan dalam buku ini saya seringkali tersindir, mengangguk
setuju atau tersenyum-senyum membaca contoh-contoh yang disodorkan, karena saya
pun pernah melakukan kesalahan serupa. Artinya, buku ini berhasil mengikat saya
secara emosional dan membuat saya terus membuka lembar demi lembarnya, yang
mana ini merupakan salah satu ciri buku non fiksi yang bagus.
Ilustrasi di tiap
halaman turut mempercantik penampilan dan menghibur mata yang cukup ‘lelah’
memelototi kalimat demi kalimat penjelasan materi yang cukup serius dan berat.
Kekurangan:
Pada dasarnya, setiap
hasil karya yang dihasilkan oleh sesorang tidaklah luput dari kesalahan.
Begitupun pada buku 101 Dosa Penulis Pemula ini. Kesalahan cetak penulisan
urutan bagian buku, yakni yang seharusnya ditulis bagian 17 tetapi dalam buku
cetakan tersebut tertulis bagian 12 menjadi salah satu kekurangan dari buku
ini, walaupun lebih banyak kelebihan yang nantinya akan pembaca dapatkan dari
buku 101 Dosa Penulis Pemula ini.
Penutup:
Secara keseluruhan,
saya sangat terbantu dengan hadirnya buku ini. Penjabaran di dalamnya tidak
hanya menekankan teori yang rumit, namun juga bersifat aplikatif. Sebagai
pembaca sekaligus peminat dunia kepenulisan (apalagi di dalam jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam terdapat ranah Kitabah
yang mana buku ini dapat menunjang mahasiswanya dalam mempelajari ranah
tersebut). Kita diharapkan mempraktikkan isinya, tidak sekadar
mengangguk-angguk paham lalu menguap begitu saja sejalan berlalunya waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar