Nama saya Muhamad Maulana Yusuf, mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini saya sedang memasuki tingkat dua atau semester tiga di kelas C pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan Nomor Induk Mahasiswa 1164020103.
Berbicara semester tiga saat ini, saya dan teman-teman satu angkatan di jurusan yang sama akan dihadapkan dengan salah satu mata kuliah dengan bobot sks sebanyak 2 sks, yaitu mata kuliah Jurnalisme Dakwah. Jurnalisme dakwah merupakan mata kuliah yang berbobot praktek yang diampu oleh Bapak Dr. Uwes Fatoni, M. Ag.
Posisi Jurnalisme Dakwah di kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) termasuk pada ranah kitabah, karena fokusnya pada kegiatan tulis menulis. sehingga urgensinya bagi saya tentunya adalah mencakup pengetahuan tentang dunia jurnalistik bidang kepenulisan, kiat-kiat menulis opini agar bisa dimuat media, bahkan membiasakan diri untuk produktif menulis apapun itu. Mata kuliah ini sangat bermanfaat bagi saya di masa depan, dengan keterampilan yang terus diasah setiap minggunya akan membuat kita terbiasa menulis. berawal dari tidak bisa, dengan terbiasa akan menjadi bisa dan menjadi sebuah kebutuhan. Tentunya sangat menunjang karier kita di masa depan, dengan karya yang dihasilkan mampu menjadikan kita sebagai seseorang yang memiliki kredibilitas tinggi dan mampu memenuhi klasifikasi pada media yang ada.
Praktek pada mata kuliah ini lebih diorientasikan pada masjid jami’, dimana setiap mahasiswa di awal perkuliahan ditugaskan untuk menentukan satu masjid di wilayah sekitar kampus seperti masjid daerah Cibiru, Ujung Berung, Cinambo, atau masjid di luar wilayah kampus seperti masjid raya atau masjid agung. Di masjid pilihannya itulah mahasiswa akan diberikan tugas mingguan seperti liputan seputar kegiatan masjid yang nantinya akan dibuat berita mingguan, atau feature, cerpen, meme/poster, dan juga video blog (vlog) yang memang diorientasikan pada masjid. Selain itu juga, setiap minggunya mahasiswa dituntut untuk mengirimkan opininya ke media, seperti: Kompas, Republika, Media Indonesia, dan Sindo.
Dalam pengembangan mata kuliah Jurnalisme Dakwah ini, digunakan tiga metode pengembangan, diantaranya:
1. Istinbath, yaitu mengembangkan Ilmu Dakwah berdasarkan al-Quran dan Hadist.
2. Iqtibash, yaitu mengembangkan Ilmu Dakwah dengan memanfaatkan teori-teori yang sudah ada.
3. Istiqra, yaitu mengembangkan Ilmu Dakwah dengan cara meneliti.
Adapun materi yang saya dapatkan dari perkuliahan Jurnalisme Dakwah ini antara lain:
1. Ayat-ayat jurnalistik, berisi tujuh ayat tentang tugas seorang jurnalis, empat ayat yang membahas larangan untuk para jurnalis, dan enam ayat tentang media jurnalistik. Ayat-ayat tersebut akan dibacakan dan dihafalkan di awal perkuliahan setiap minggunya. Ini yang menjadi kesulitan saya, dimana tantangannya adalah saya harus bisa mengatasi hafalan yang lemah dengan setiap minggunya menghafal ayat.
2. Teknik menulis dan pengiriman opini dakwah, seperti disebutkan diatas bahwa opini ini dikirimkan setiap minggunya ke media yang berbeda. Dosen meminta kosma untuk membentuk 5 kelompok yang setiap minggu kelompok tersebut mengirimkan opininya sesuai dengan tugas dan media mana yang menjadi gilirannya.
3. Berita masjid, inipun materi yang menurut saya sulit dan memiliki banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah dalam pemilihan masjid dimana bisa menjadi bahan ‘perpecahan’ antarmahasiswa satu angkatan yang jumlahnya lebih dari 170 orang, itu artinya apabila setiap orang memilih masjid yang berbeda dengan yang lainnya, maka ada 170 masjid yang diperebutkan dan dipilih mahasiswa. Sayapun demikian, memilih masjid di dekat kostan agar dirasa memudahkan dalam proses liputan nanti, namun ternyata masjid yang saya pilih tersebut sudah diinput terlebih dahulu oleh teman saya dari kelas lain yang otomatis tidak bisa saya pilih lagi, dan secara otomatis pula saya harus mencari masjid lain yang letaknya jauh dari kostan dan memerlukan kendaraan untuk bisa sampai ke lokasi setiap akan liputan masjid.
4. Bahasa jurnalistik, pada materi ini tidak banyak yang saya mengerti karena semuanya masih baru saya dapatkan selama tiga semester di mata kuliah ini.
5. Dakwah audio-visual, salah satu materi yang menjadi favorit saya. Karena tugas ini berisi konten ceramah ustadz di masjid yang dipilih untuk nantinya dibuatkan video ilustrasi dan subtitle berdurasi satu menit. Untuk mengangkat nama ustadz-nya, kami ditugaskan untuk mem-posting video tersebut ke akun media sosial kami. Selain konten ceramah ustadz, kami juga diminta untuk membuat konten sendiri yang berisi pesan dakwah dengan ketentuan yang sama.
6. Penulisan cerpen dakwah, ini menjadi materi terakhir yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Jurnalisme dakwah. Cerpen yang dibuat kemudian dijadikan buku kumpulan/ontology cerpen dengan dibentuk kelompok. Buku yang sudah dicetak oleh mahasiswa kemudian diajukan ke penerbit Mizan pada saat kunjungan dengan harapan diterima dan penerbit bersedia menerbitkan karya mahasiswa KPI ini.
Berdasarkan proses perkuliahan diatas, banyak sekali kesan dan pesan, suka maupun duka yang saya alami selama perkuliahan Jurnalisme Dakwah dengan Bapak Uwes ini. Banyak sekali kesan yang saya dapatkan dari mata kuliah ini, mulai dari pendisiplinan mengerjakan tugas yang harus tepat pada waktu yang ditetapkan (deadline). Deadline tugas yang setiap minggunya tiada henti selama perkuliahan mengajarkan kami akan pentingnya waktu, terutama untuk calon jurnalis seperti kami nantinya.
Pesan untuk dosen mata kuliah Jurnalisme Dakwah, bapak Uwes Fatoni yang saya hormati nantinya semoga tetap menjadi pengajar dan pembimbing yang banyak mengajarkan tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang jurnalis muslim itu. Untuk calon-calon “penikmat” jurnalisme dakwah, para adik tingkat KPI nantinya. Semoga kalian bisa mengikuti perkuliahan ini dengan baik, saya yakin apabila teman-teman mengikuti semua alur perkuliahan, mengikuti semua instruksi dari dosen, kalian akan dapat merasakan hasil baiknya di kemudian hari. Karena akan banyak karya teman-teman yang dihasilkan dari perkuliahan ini. Diakhir portopolio berikut saya lampirkan beberapa hasil karya “paksa” dari perkuliahan Jurnalisme Dakwah ini. Kenapa saya sebut karya paksa dengan kutip? Karena paksa yang diberikan dosen kepada mahasiswanya di perkuliahan ini akan berdampak baik dengan menghasilkan karya-karya yang mungkin apabila tidak dipaksa tidak akan ada hasil yang didapat.
Berbicara semester tiga saat ini, saya dan teman-teman satu angkatan di jurusan yang sama akan dihadapkan dengan salah satu mata kuliah dengan bobot sks sebanyak 2 sks, yaitu mata kuliah Jurnalisme Dakwah. Jurnalisme dakwah merupakan mata kuliah yang berbobot praktek yang diampu oleh Bapak Dr. Uwes Fatoni, M. Ag.
Posisi Jurnalisme Dakwah di kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) termasuk pada ranah kitabah, karena fokusnya pada kegiatan tulis menulis. sehingga urgensinya bagi saya tentunya adalah mencakup pengetahuan tentang dunia jurnalistik bidang kepenulisan, kiat-kiat menulis opini agar bisa dimuat media, bahkan membiasakan diri untuk produktif menulis apapun itu. Mata kuliah ini sangat bermanfaat bagi saya di masa depan, dengan keterampilan yang terus diasah setiap minggunya akan membuat kita terbiasa menulis. berawal dari tidak bisa, dengan terbiasa akan menjadi bisa dan menjadi sebuah kebutuhan. Tentunya sangat menunjang karier kita di masa depan, dengan karya yang dihasilkan mampu menjadikan kita sebagai seseorang yang memiliki kredibilitas tinggi dan mampu memenuhi klasifikasi pada media yang ada.
Praktek pada mata kuliah ini lebih diorientasikan pada masjid jami’, dimana setiap mahasiswa di awal perkuliahan ditugaskan untuk menentukan satu masjid di wilayah sekitar kampus seperti masjid daerah Cibiru, Ujung Berung, Cinambo, atau masjid di luar wilayah kampus seperti masjid raya atau masjid agung. Di masjid pilihannya itulah mahasiswa akan diberikan tugas mingguan seperti liputan seputar kegiatan masjid yang nantinya akan dibuat berita mingguan, atau feature, cerpen, meme/poster, dan juga video blog (vlog) yang memang diorientasikan pada masjid. Selain itu juga, setiap minggunya mahasiswa dituntut untuk mengirimkan opininya ke media, seperti: Kompas, Republika, Media Indonesia, dan Sindo.
Dalam pengembangan mata kuliah Jurnalisme Dakwah ini, digunakan tiga metode pengembangan, diantaranya:
1. Istinbath, yaitu mengembangkan Ilmu Dakwah berdasarkan al-Quran dan Hadist.
2. Iqtibash, yaitu mengembangkan Ilmu Dakwah dengan memanfaatkan teori-teori yang sudah ada.
3. Istiqra, yaitu mengembangkan Ilmu Dakwah dengan cara meneliti.
Adapun materi yang saya dapatkan dari perkuliahan Jurnalisme Dakwah ini antara lain:
1. Ayat-ayat jurnalistik, berisi tujuh ayat tentang tugas seorang jurnalis, empat ayat yang membahas larangan untuk para jurnalis, dan enam ayat tentang media jurnalistik. Ayat-ayat tersebut akan dibacakan dan dihafalkan di awal perkuliahan setiap minggunya. Ini yang menjadi kesulitan saya, dimana tantangannya adalah saya harus bisa mengatasi hafalan yang lemah dengan setiap minggunya menghafal ayat.
2. Teknik menulis dan pengiriman opini dakwah, seperti disebutkan diatas bahwa opini ini dikirimkan setiap minggunya ke media yang berbeda. Dosen meminta kosma untuk membentuk 5 kelompok yang setiap minggu kelompok tersebut mengirimkan opininya sesuai dengan tugas dan media mana yang menjadi gilirannya.
3. Berita masjid, inipun materi yang menurut saya sulit dan memiliki banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah dalam pemilihan masjid dimana bisa menjadi bahan ‘perpecahan’ antarmahasiswa satu angkatan yang jumlahnya lebih dari 170 orang, itu artinya apabila setiap orang memilih masjid yang berbeda dengan yang lainnya, maka ada 170 masjid yang diperebutkan dan dipilih mahasiswa. Sayapun demikian, memilih masjid di dekat kostan agar dirasa memudahkan dalam proses liputan nanti, namun ternyata masjid yang saya pilih tersebut sudah diinput terlebih dahulu oleh teman saya dari kelas lain yang otomatis tidak bisa saya pilih lagi, dan secara otomatis pula saya harus mencari masjid lain yang letaknya jauh dari kostan dan memerlukan kendaraan untuk bisa sampai ke lokasi setiap akan liputan masjid.
4. Bahasa jurnalistik, pada materi ini tidak banyak yang saya mengerti karena semuanya masih baru saya dapatkan selama tiga semester di mata kuliah ini.
5. Dakwah audio-visual, salah satu materi yang menjadi favorit saya. Karena tugas ini berisi konten ceramah ustadz di masjid yang dipilih untuk nantinya dibuatkan video ilustrasi dan subtitle berdurasi satu menit. Untuk mengangkat nama ustadz-nya, kami ditugaskan untuk mem-posting video tersebut ke akun media sosial kami. Selain konten ceramah ustadz, kami juga diminta untuk membuat konten sendiri yang berisi pesan dakwah dengan ketentuan yang sama.
6. Penulisan cerpen dakwah, ini menjadi materi terakhir yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Jurnalisme dakwah. Cerpen yang dibuat kemudian dijadikan buku kumpulan/ontology cerpen dengan dibentuk kelompok. Buku yang sudah dicetak oleh mahasiswa kemudian diajukan ke penerbit Mizan pada saat kunjungan dengan harapan diterima dan penerbit bersedia menerbitkan karya mahasiswa KPI ini.
Berdasarkan proses perkuliahan diatas, banyak sekali kesan dan pesan, suka maupun duka yang saya alami selama perkuliahan Jurnalisme Dakwah dengan Bapak Uwes ini. Banyak sekali kesan yang saya dapatkan dari mata kuliah ini, mulai dari pendisiplinan mengerjakan tugas yang harus tepat pada waktu yang ditetapkan (deadline). Deadline tugas yang setiap minggunya tiada henti selama perkuliahan mengajarkan kami akan pentingnya waktu, terutama untuk calon jurnalis seperti kami nantinya.
Pesan untuk dosen mata kuliah Jurnalisme Dakwah, bapak Uwes Fatoni yang saya hormati nantinya semoga tetap menjadi pengajar dan pembimbing yang banyak mengajarkan tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang jurnalis muslim itu. Untuk calon-calon “penikmat” jurnalisme dakwah, para adik tingkat KPI nantinya. Semoga kalian bisa mengikuti perkuliahan ini dengan baik, saya yakin apabila teman-teman mengikuti semua alur perkuliahan, mengikuti semua instruksi dari dosen, kalian akan dapat merasakan hasil baiknya di kemudian hari. Karena akan banyak karya teman-teman yang dihasilkan dari perkuliahan ini. Diakhir portopolio berikut saya lampirkan beberapa hasil karya “paksa” dari perkuliahan Jurnalisme Dakwah ini. Kenapa saya sebut karya paksa dengan kutip? Karena paksa yang diberikan dosen kepada mahasiswanya di perkuliahan ini akan berdampak baik dengan menghasilkan karya-karya yang mungkin apabila tidak dipaksa tidak akan ada hasil yang didapat.
Berita Masjid: Koordinator Lansia Kecamatan Cinambo Kunjungi Masjid Al-Ma’ruf - DAKWAHPOS - Media Dakwah Islam Aktual
Dakwah Audio-Visual: Video Ceramah Ustadz Suhendi Fadil, S. Pd. I. "Jangan Tertipu Oleh Dunia"
Dakwah Audio-Visual: Video Ceramah Muhamad Maulana Yusuf "Mari Sholat Berjamaah, Mari Meraih Kemenangan"
Kunjungan Ke Penerbit: Laporan Kegiatan Kunjungan Ke Penerbit Mizan
Kunjungan Ke Penerbit: Laporan Kegiatan Kunjungan Ke Penerbit Mizan
Kumpulan Cerpen: Dunia Selasar Masjid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar