"BERAWAL DARI 17-AN"
"Merdeka merupakan harapan setiap Bangsa, juga Hati"
Kalian percaya dengan "cinta pada pandangan pertama" mungkin ini tabu, karena bagaimanapun juga cinta datang melalui pendekatan dari hati ke hati. Namun tidak dengan hatiku saat pertama bertemu dengan sosoknya.
**
Author P.O.V
Hari ini hari minggu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2014. Tunggu! 17 Agustus? Gyaaaaaa bagaikan ditolak oleh tempat tidurnya, si penghuni tempat tidur itu terlonjat dan langsung kocar kacir mengambil handuk, kemudian menuju kamar mandi untuk mengumpulkan nyawanya serta membersihkan badannya.
Tepat pukul 07:20 seorang yang sedari tadi mempersiapkan diri untuk bersekolah pada hari minggu. Ralat! Mungkin maksudnya adalah upacara di hari minggu. Tunggu! Tunggu! Upacara di hari minggu? Apa itu tidak salah? Mungkin dia sudah gila! Mana ada upacara bendera dilaksanakan pada hari minggu.
"Sekarang 17 Agustus Author ege! Aku upacara bendera untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-69." protes seseorang yang Author ceritakan tadi.
"Aku ambil alih saja." pintanya.
Baiklah -_-
**
Yusuf P.O.V
Author teme! Aku tidak gila! Bahkan aku masih waras sebagai putra bangsa yang baik, aku pada hari ini akan mengikuti upacara bendera di lapangan kabupatenku. Tidak perlu ku sebutkan apa nama kabupatenku tersebut, bahkan aku tak perduli dengan siapa seorang yang menduduki kursi kepemimpinan di kabupatenku saat ini, yang harus tinggal dalam jeruji besi akibat perbuatannya.
Hentikan! Mengapa pagi-pagi aku harus membicarakan kejelekan orang lain.
Baiklah lanjut kepada tujuanku pagi ini, yakni berangkat menuju lokasi karena aku sudah pasti akan terlambat.
Akupun berangkat dengan seragam putih abu ku, karena aku saat ini duduk di kelas XI/IIS di SMA swasta didaerahku. Diperjalananpun aku harus menerima panggilan masuk dari teman-temanku karena aku sudah membuat mereka menunggu terlalu lama. Sesampainya disekolah, justru aku malah mendapati keadaan sekolah yang sudah sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saat aku melihat layar Hp ku ternyata teman-teman ku mengirim pesan dan memberi tahu bahwa mereka sudah berangkat menuju lapangan kabupaten. Aku berdecak kesal dan merutuki diriku sendiri karena kebiasaanku tidur pada tengah malam sehingga membuat aku selalu bangun kesiangan. Segera aku lajukan sepeda motorku cepat-cepat menuju lapangan agar tidak ketinggalan upacara.
Sial! Sial! Sial! Dari kejauhan mataku menangkap sebuah aktivitas yang aku tunggu-tunggu saat upacara kemerdekaan seperti ini. Ya! Detik-detik saat sang saka merah putih dikibarkan oleh tim PASKIBRA, sampai aku tak sadar jikalau aku telah menabrak sesuatu, seseorang lebih tepatnya! Kelihatannya dia peserta yang tidak patut dicontoh sepertiku karena TELAT! Akupun teringat bahwa aku saat ini TELAT dan bergegas memasuki barisan.
"Hey tunggu." sebuah suara yang berasal dari seseorang dibelakangku.
Aku menoleh kepada sumber suara tersebut.
Aku tercengang! Sungguh ciptaan Tuhan yang amat indah. SEMPURNA mungkin itu lebih tepatnya. Dengan kerudung putih rapinya dan sebuah kacamata yang bertengger diwajahnya. Tunggu! Apa itu? Terlihat manis sekali. Sebuah pahatan bibir yang sangat menawan. Senyum milik seorang perempuan didepanku ini mampu membuat darahku berdesir, jantungku pun seolah terpompa lebih cepat dari biasanya. Sungguh pemandangan syurgawi yang sangat indah.
Aku tersadar dari pujian-pujianku terhadapnya saat bibir manis itu bergerak seolah tengah mengucapkan sesuatu.
"Kau salah masuk barisan, ini barisan untuk sekolahku." itulah kalimat yang terlontar dari bibirnya.
Hah? Benarkah? Yusuf bodoh! Memalukan saja.
"Oh i-iya ma-af, si-lahkan." jawabku gugup.
Diapun tersenyum lagi, dan itu membuat jantungku berdetak kencang kembali. Sungguh aku mengagumi senyum milik perempuan ini.
Upacara pun berjalan dengan khidmat, kali ini sang saka sudah berkibar gagah dilangit pertiwi, menandakan tidak adanya lagi penjajahan yang menghalanginya untuk berkibar.
Upacara selesai, berlanjut kepada perlombaan-perlombaan yang biasa dilaksanakan untuk memeriahkan pesta rakyat Indonesia ini.
Panjat pinang, balap karung, lomba makan kerupuk, dan sebagainya.
Teman-temanku sudah berlalu setelah upacara selesai dan tentunya setelah mereka mengomeliku karena telah membuat mereka menunggu lama tadi pagi.
Ku langkahkan kaki ku menuju tempat dilaksanakannya perlombaan panjat pinang. Para peserta terlihat kesusahan bertumpu-tumpu untuk mencapai puncak, dikarenakan batang pinang tersebut diolesi oli agar licin. Dan itu adalah tantangannya.
Ku arahkan mataku menyusuri setiap orang yang menyaksikan perlombaan itu, namun pandanganku terhenti saat mataku menangkap seseorang yang memiliki senyum paling indah itu.
Aku menghampirinya, bukan untuk menabraknya lagi namun untuk meminta ma'af atas kejadian tadi pagi. Sampai kaki ini membawaku tepat dibelakangnya justru keadaan gugup yang menyelimutiku. Ku beranikan diri menepuk pundaknya agar sang pemilik pundak tersebut menoleh kearahku. Dan benar saja dia memutarkan badannya berhadapan denganku. Langsung saja aku gelagapan karena lupa akan tujuanku menghampirinya. Dia tersenyum melihatku seperti ini, seperti orang bodoh! Aku menggaruk-garukan kepalaku padahal nyatanya tidaklah gatal, justru senyumnyalah yang membuat aku seakan hilang kesadaran.
"Ada apa?." tanyanya lembut.
"Mmb ini.... anu... Hmmbb...." rasa gugupku belum juga sirna.
"Kenapa?." tanya dia lagi.
Baiklah Yusuf! Fokus akan tujuanmu menghampirinya.
"Aku cuma mau minta ma'af atas kejadian tadi pagi, aku tidak sengaja menabrakmu hingga jatuh." sesalku.
"Tidak sengaja kan?." tanya dia santai.
"Iya aku tidak sengaja, saat itu aku takut tertinggal momen dimana sang merah putih dikibarkan." jelasku.
"Aku memahaminya." jawabnya singkat.
"Jadi bagaimana? Apakah kau mema'afkanku?." tanyaku tidak puas dengan jawabannya.
"Aku mema'afkanmu." ucapnya.
Yes! Akhirnya aku mendapatkan ma'af darinya.
"Baiklah namaku Yusuf dan namamu?." tanyaku sambil berjabat tangan berkenalan.
Tampak dia terdiam sesaat, bukan membalas jabatan tanganku, dia malah menyembunyikannya dibalik tas punggungnya, seketika rasa malu ku rasakan, tanganku aku tarik kembali.
"Ma'af, aku harus segera pergi." tuturnya karena tiba-tiba saja awan gelap menutupi langit yang tadinya cerah.
Damn! Kenapa harus sekarang? Tunggu saja setelah aku mengetahui namanya. Aku mohon Tuhan!
Namun kota hujan tetaplah kota hujan. Tetes-tetes air mulai menyentuh kulitku dan orangpun mulai berlarian mencari tempat untuk berteduh. Begitupun aku yang berlari mengikuti dia yang terlebih dahulu melangkah. Namun kesialan menimpaku kembali, dengan banyaknya orang yang berlarian membuat aku kehilangan sosoknya. Akupun terus mencari dia dan tak memperdulikan keadaanku yang sudah basah kuyup.
Aku menyerah saat melihat dia memasuki mobil dan berlalu pergi tanpa kata, tanpa senyuman manis itu.
Apakah ini yang dinamakan CINTA?
**
Saat ini aku sedang duduk di jendela kamarku menatap bulan purnama yang anggun diatas gelapnya langit malam. Sinar peraknya sangatlah indah. INDAH seperti senyuman milik seseorang yang sudah membuat hatiku bicara "Ini Cinta." dan sekaligus membuat hatiku bertanya-tanya, apakah ini yang dimaksud "Cinta pada pandangan pertama" mungkin benar, karena hanya dengan pertemuan singkat aku dapat merasakan getaran-getaran cinta. Jika memang benar ini cinta, aku akan membebaskan hatiku untuk bersatu dengan hati sang pemilik hati ini. Yaitu dia, hanya dia yang layak memilikinya. Namun dinding jarak dan waktu yang membuat hatiku bimbang. Bagaimana bisa aku menyatakan perasaanku terhadapnya jika untuk saat ini saja aku tidak mengetahui keberadaanya. Semua karena kebodohanku, terlalu terlena akan sosoknya. Sampai-sampai aku tidak sempat menanyakan lebih jauh tentang dirinya, nomor telpon dia saja aku sampai lupa menanyakannya. Tetapi, bagaimanapun juga cintaku ini harus aku perjuangkan. Memerdekakan hatiku, seperti merdekanya indonesiaku!
***THE END***
"Merdeka merupakan harapan setiap Bangsa, juga Hati"
Kalian percaya dengan "cinta pada pandangan pertama" mungkin ini tabu, karena bagaimanapun juga cinta datang melalui pendekatan dari hati ke hati. Namun tidak dengan hatiku saat pertama bertemu dengan sosoknya.
**
Author P.O.V
Hari ini hari minggu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2014. Tunggu! 17 Agustus? Gyaaaaaa bagaikan ditolak oleh tempat tidurnya, si penghuni tempat tidur itu terlonjat dan langsung kocar kacir mengambil handuk, kemudian menuju kamar mandi untuk mengumpulkan nyawanya serta membersihkan badannya.
Tepat pukul 07:20 seorang yang sedari tadi mempersiapkan diri untuk bersekolah pada hari minggu. Ralat! Mungkin maksudnya adalah upacara di hari minggu. Tunggu! Tunggu! Upacara di hari minggu? Apa itu tidak salah? Mungkin dia sudah gila! Mana ada upacara bendera dilaksanakan pada hari minggu.
"Sekarang 17 Agustus Author ege! Aku upacara bendera untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-69." protes seseorang yang Author ceritakan tadi.
"Aku ambil alih saja." pintanya.
Baiklah -_-
**
Yusuf P.O.V
Author teme! Aku tidak gila! Bahkan aku masih waras sebagai putra bangsa yang baik, aku pada hari ini akan mengikuti upacara bendera di lapangan kabupatenku. Tidak perlu ku sebutkan apa nama kabupatenku tersebut, bahkan aku tak perduli dengan siapa seorang yang menduduki kursi kepemimpinan di kabupatenku saat ini, yang harus tinggal dalam jeruji besi akibat perbuatannya.
Hentikan! Mengapa pagi-pagi aku harus membicarakan kejelekan orang lain.
Baiklah lanjut kepada tujuanku pagi ini, yakni berangkat menuju lokasi karena aku sudah pasti akan terlambat.
Akupun berangkat dengan seragam putih abu ku, karena aku saat ini duduk di kelas XI/IIS di SMA swasta didaerahku. Diperjalananpun aku harus menerima panggilan masuk dari teman-temanku karena aku sudah membuat mereka menunggu terlalu lama. Sesampainya disekolah, justru aku malah mendapati keadaan sekolah yang sudah sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saat aku melihat layar Hp ku ternyata teman-teman ku mengirim pesan dan memberi tahu bahwa mereka sudah berangkat menuju lapangan kabupaten. Aku berdecak kesal dan merutuki diriku sendiri karena kebiasaanku tidur pada tengah malam sehingga membuat aku selalu bangun kesiangan. Segera aku lajukan sepeda motorku cepat-cepat menuju lapangan agar tidak ketinggalan upacara.
Sial! Sial! Sial! Dari kejauhan mataku menangkap sebuah aktivitas yang aku tunggu-tunggu saat upacara kemerdekaan seperti ini. Ya! Detik-detik saat sang saka merah putih dikibarkan oleh tim PASKIBRA, sampai aku tak sadar jikalau aku telah menabrak sesuatu, seseorang lebih tepatnya! Kelihatannya dia peserta yang tidak patut dicontoh sepertiku karena TELAT! Akupun teringat bahwa aku saat ini TELAT dan bergegas memasuki barisan.
"Hey tunggu." sebuah suara yang berasal dari seseorang dibelakangku.
Aku menoleh kepada sumber suara tersebut.
Aku tercengang! Sungguh ciptaan Tuhan yang amat indah. SEMPURNA mungkin itu lebih tepatnya. Dengan kerudung putih rapinya dan sebuah kacamata yang bertengger diwajahnya. Tunggu! Apa itu? Terlihat manis sekali. Sebuah pahatan bibir yang sangat menawan. Senyum milik seorang perempuan didepanku ini mampu membuat darahku berdesir, jantungku pun seolah terpompa lebih cepat dari biasanya. Sungguh pemandangan syurgawi yang sangat indah.
Aku tersadar dari pujian-pujianku terhadapnya saat bibir manis itu bergerak seolah tengah mengucapkan sesuatu.
"Kau salah masuk barisan, ini barisan untuk sekolahku." itulah kalimat yang terlontar dari bibirnya.
Hah? Benarkah? Yusuf bodoh! Memalukan saja.
"Oh i-iya ma-af, si-lahkan." jawabku gugup.
Diapun tersenyum lagi, dan itu membuat jantungku berdetak kencang kembali. Sungguh aku mengagumi senyum milik perempuan ini.
Upacara pun berjalan dengan khidmat, kali ini sang saka sudah berkibar gagah dilangit pertiwi, menandakan tidak adanya lagi penjajahan yang menghalanginya untuk berkibar.
Upacara selesai, berlanjut kepada perlombaan-perlombaan yang biasa dilaksanakan untuk memeriahkan pesta rakyat Indonesia ini.
Panjat pinang, balap karung, lomba makan kerupuk, dan sebagainya.
Teman-temanku sudah berlalu setelah upacara selesai dan tentunya setelah mereka mengomeliku karena telah membuat mereka menunggu lama tadi pagi.
Ku langkahkan kaki ku menuju tempat dilaksanakannya perlombaan panjat pinang. Para peserta terlihat kesusahan bertumpu-tumpu untuk mencapai puncak, dikarenakan batang pinang tersebut diolesi oli agar licin. Dan itu adalah tantangannya.
Ku arahkan mataku menyusuri setiap orang yang menyaksikan perlombaan itu, namun pandanganku terhenti saat mataku menangkap seseorang yang memiliki senyum paling indah itu.
Aku menghampirinya, bukan untuk menabraknya lagi namun untuk meminta ma'af atas kejadian tadi pagi. Sampai kaki ini membawaku tepat dibelakangnya justru keadaan gugup yang menyelimutiku. Ku beranikan diri menepuk pundaknya agar sang pemilik pundak tersebut menoleh kearahku. Dan benar saja dia memutarkan badannya berhadapan denganku. Langsung saja aku gelagapan karena lupa akan tujuanku menghampirinya. Dia tersenyum melihatku seperti ini, seperti orang bodoh! Aku menggaruk-garukan kepalaku padahal nyatanya tidaklah gatal, justru senyumnyalah yang membuat aku seakan hilang kesadaran.
"Ada apa?." tanyanya lembut.
"Mmb ini.... anu... Hmmbb...." rasa gugupku belum juga sirna.
"Kenapa?." tanya dia lagi.
Baiklah Yusuf! Fokus akan tujuanmu menghampirinya.
"Aku cuma mau minta ma'af atas kejadian tadi pagi, aku tidak sengaja menabrakmu hingga jatuh." sesalku.
"Tidak sengaja kan?." tanya dia santai.
"Iya aku tidak sengaja, saat itu aku takut tertinggal momen dimana sang merah putih dikibarkan." jelasku.
"Aku memahaminya." jawabnya singkat.
"Jadi bagaimana? Apakah kau mema'afkanku?." tanyaku tidak puas dengan jawabannya.
"Aku mema'afkanmu." ucapnya.
Yes! Akhirnya aku mendapatkan ma'af darinya.
"Baiklah namaku Yusuf dan namamu?." tanyaku sambil berjabat tangan berkenalan.
Tampak dia terdiam sesaat, bukan membalas jabatan tanganku, dia malah menyembunyikannya dibalik tas punggungnya, seketika rasa malu ku rasakan, tanganku aku tarik kembali.
"Ma'af, aku harus segera pergi." tuturnya karena tiba-tiba saja awan gelap menutupi langit yang tadinya cerah.
Damn! Kenapa harus sekarang? Tunggu saja setelah aku mengetahui namanya. Aku mohon Tuhan!
Namun kota hujan tetaplah kota hujan. Tetes-tetes air mulai menyentuh kulitku dan orangpun mulai berlarian mencari tempat untuk berteduh. Begitupun aku yang berlari mengikuti dia yang terlebih dahulu melangkah. Namun kesialan menimpaku kembali, dengan banyaknya orang yang berlarian membuat aku kehilangan sosoknya. Akupun terus mencari dia dan tak memperdulikan keadaanku yang sudah basah kuyup.
Aku menyerah saat melihat dia memasuki mobil dan berlalu pergi tanpa kata, tanpa senyuman manis itu.
Apakah ini yang dinamakan CINTA?
**
Saat ini aku sedang duduk di jendela kamarku menatap bulan purnama yang anggun diatas gelapnya langit malam. Sinar peraknya sangatlah indah. INDAH seperti senyuman milik seseorang yang sudah membuat hatiku bicara "Ini Cinta." dan sekaligus membuat hatiku bertanya-tanya, apakah ini yang dimaksud "Cinta pada pandangan pertama" mungkin benar, karena hanya dengan pertemuan singkat aku dapat merasakan getaran-getaran cinta. Jika memang benar ini cinta, aku akan membebaskan hatiku untuk bersatu dengan hati sang pemilik hati ini. Yaitu dia, hanya dia yang layak memilikinya. Namun dinding jarak dan waktu yang membuat hatiku bimbang. Bagaimana bisa aku menyatakan perasaanku terhadapnya jika untuk saat ini saja aku tidak mengetahui keberadaanya. Semua karena kebodohanku, terlalu terlena akan sosoknya. Sampai-sampai aku tidak sempat menanyakan lebih jauh tentang dirinya, nomor telpon dia saja aku sampai lupa menanyakannya. Tetapi, bagaimanapun juga cintaku ini harus aku perjuangkan. Memerdekakan hatiku, seperti merdekanya indonesiaku!
***THE END***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar