Selasa, 23 Desember 2014



SENJA, SAKSI SEORANG SAHABAT


                Siluet sekumpulan muda mudi yang sedang berangkulan terekam di dalam bingkai kayu berukir cantik itu kini tengah berada dalam genggaman seseorang. Seseorang yang tengah merasakan kerinduan yang amat dalam kepada sosok-sosok yang terdapat didalam bingkai foto tersebut. Kerinduan yang mampu menghanyutkan jiwa dan raganya menuju waktu lalu.

**

                Langit Aceh hari ini sedang digelayuti segerombolan awan-awan abu yang siap menumpahkan uap dari laut itu. Anginpun mengayun kencang sehingga mampu menyibakkan rambut Restu yang tengah mengayuh sepedanya menuju rumah tempat sahabat-sahabatnya berkumpul. Basecamp Anonners nama bangunan tersebut.

**

                Pohon-pohon disepanjang jalan komplek itu harus rela kehilangan daun-daunnya yang terbang terbawa angin kencang pagi ini. Terlihat dua remaja berkerudung tengah berjalan sambil bercengkrama. Ada Lia dengan makanan ringan ditangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk memegang isi snack tersebut untuk digilir masuk kedalam perutnya. Sebelah Lia ada temannya dengan earphone bertengger diantara telinganya. Nisa adalah namanya.

**

“Kak Ando buruaaann...!!!” teriak Andi kepada kakaknya itu.
“Iya sebentar, ini gue bingung kemas stick PS gue dimana? Sedangkan tas gue udah penuh banget.” Jawab Ando sambil berjalan menuju tas milik Andi.
“Astagfirullah kak, masa iya dimasukin ke tas gue lagi? Laptop lu aja udah mengambil sebagian tempat dalam tas gue ini.” Protes Andi saat kakaknya itu tengah memaksakan stick PSnya agar cukup di dalam tas Andi.
“Lagian kita kan mau liburan! Kalau mau nge-game di rumah aja nanti setelah kita pulang liburan.” Lanjut Andi.
“Bawel lo ah, lagian gue kan gak bisa 1 hari pun gak pencet-pencet tuh stick buat ngalahin musuh-musuh gue. Takut gak bisa main games lagi setelah liburan ini, kalau gak dibawa, laptop gue bisa hancur dioprek adik lo itu.”
“Adik lo juga kak.” Ralat Andi cepat.
“Iya, iya... selesai! Ayo kita berangkat!” ajak Ando.
“Pamit dulu sama Mamah Papah.” Saran Andi.
“Pasti! Ayoo!” Jawab Ando.

**

“Baju, alat sholat, obat pribadi........”
“Astagfirullah Azrin! Lo mau liburan apa pindahan sih? Bentar-bentar di cek, buruan anak-anak udah pada nunggu nih!”
“Iya ini udah lengkap semua kok Ky.” Ucap Azrin pada Rizky yang sudah menunggu di depan pintu kamar Azrin.
“Yaudah buruan kita pamit, Ibu lo dimana?” tanya Rizky.
“Ada di dapur’” Jawab Azrin.
“Yaudah cepet” ucap Rizky agak jengkel.
“Iya, iya.” Ucap Azrin tergesa-gesa.
                Mereka pun menghampiri Ibu Azrin yang tengah memasak.
“Bu, Azrin berangkat dulu yah?” pamit Azrin pada Ibunya.
“Iya Bu, Rizky juga.” Tambah Rizky.
“Ya Allah nak pagi-pagi sekali.”
“Iya Bu, soalnya mau nikmatin matahari terbit.” Ucap Rizky sumringah.
“Oh gitu, hati-hati yah disana nanti, jangan lupakan sholat karena keasyikan berlibur.” ucap Ibu sambil berkaca-kaca.
“Iya Bu.” Jawab Azrin dan Rizky serempak.
“Satu lagi, kalau udah nyampe sana jangan berenang, cuacanya lagi gak bagus.” Pesan Ibu.
“Tapi untuk syarat yang kedua itu. Hmmmm,, gatau deh Bu, masa liburan ke pantai gak boleh berenang.” Protes Azrin, sedangkan Ibunya mulai menangis.
“Ibu jangan nangis, Azrin pergi cuma dua hari doang kok bu, Azrin bakal ngabarin Ibu terus, masih satu kota ini kan Bu? Udah yah Bu jangan nangis, Azrin pamit.” Terang Azrin sambil menyalami tangan Ibunya diikuti Rizky selanjutnya.

**

                Tepat pukul 07:00 pagi Restu telah sampai di Basecamp Anonners. Ia kemudian memasukkan sepedanya ke dalam garasi Basecamp, lalu mengambil kunci pintu di dalam saku celananya. Pintu terbuka, Restu pun bergegas masuk dan duduk di sofa untuk menunggu teman-temannya.
                Restu mendengar suara tawa seseorang di luar sana, tawa yang sangat dia kenal. Ia pun bangkit dan berjalan menuju pintu setelah melepas tas beratnya. Terlihat Lia dan Nisa di luar sana tengah berjalan menghampiri Restu.
“Assalamu’alaikum...” salam Lia dan Nisa bersamaan.
“Walaikumsalam...” jawab Restu.
“Wah rajinnya calon suami gue ini.” Celetuk Lia.
“Hush, baru datang udah main nyosor aja kamu Lia.” Ucap nisa, sedangkan Restu hanya tersenyum simpul membalas celetukan Lia.
“Hehe yang lain masih pada dimana?” tanya Lia.
“Masih pada di jalan katanya.” Jawab Restu.
“Tuh Adik-Kakak super rempong baru datang.” Ucap Nisa sambil menunjuk ke arah pagar, terlihat disana ada Ando dan Andi yang sedang kesulitan membawa tasnya.
“Huh huh sorry telat nih, beratnyaaaa!” ucap Andi.
“Wa’alaikumsalam...” ucap Restu, Lia, dan Nisa bersamaan.
“Hehe, tau nih Andi main ngoceh aja.” Protes Ando.
“Iya ma’af abisnya berat banget sih!” ucap Andi sambil meletakkan tasnya ke lantai.
“EHEM! WA’ALAIKUMSALAM!!!” ucap Nisa sedikit keras.
“Eh? Hehe Assalamu’alaikum...” salam Ando kikuk.
“Ma’af lagi, Assalamu’alaikum...”sesal Andi.
“Wa’alaikumsalam...” jawab mereka bersamaan.
“Oh iya, ma’af nih telat.” Ucap Ando.
“Ma’af? Telat 15 menit cuma ma’af? GORENGAN 15000!!!” Teriak Lia galak.
“Eh? Sadis amat sih Lia, lagi laper yah lo?” tanya Ando.
“Iya tuh pasti, biasanya aja begitu.” Ucap Andi yang membuat Lia mengembungkan pipinya sebal.
“Ya Allah Lia, tadi sepanjang perjalanan ke sini kan bibir kamu ngunyah terus?” sambung Nisa.
“Ish kalian ini,kayak gak tau gue aja.”
“Tukang makan tapi gak gendut.” Ucap Restu disambut gelak tawa oleh semuanya, termasuk Lia.
“Assalamu’alaikum teman-teman.”
                Tawa mereka terhenti saat mendengar dua orang dibelakang Andi dan Ando mengucapkan salam.
“Wa’alaikumsalam...” jawab mereka serentak.
“Udah gak solid nih ketawa bareng gak ajak-ajak.”
“Eh Azrin sama Rizky.” Ucap Nisa sambil tersenyum.
“Makanya jangan telat!” protes Lia.
“Iya ma’af nih teman-teman, kita telat gara-gara Azrin cek bawaan sampai berkali-kali, udah gitu segala ada drama dulu lagi saat pamit tadi.” Ucap Rizky panjang.
“Udah gak aneh!” Ucap Ando.
“Yaudah yuk masuk dulu sebelum berangkat.” Ajak Restu.
“Ayo!” ucap Andi semangat.
                Mereka pun masuk ke dalam Basecamp tempat mereka berkumpul selama dua tahun terakhir ini. Anonners lah yang menyatukan mereka bertujuh. Berawal dari keisengan Rizky membentuk group chat di Facebook dengan memasukkan Azrin, Andi, dan Restu. Dari yang bernama awal ‘The Horrors’ menjadi Anonners, dari yang beranggotakan empat orang menjadi tujuh orang seperti sekarang ini.
                Anonners sendiri adalah sebuah group yang dibentuk atas dasar keisengan, dengan agenda mengadakan silaturahmi dan kegiatan sosial. Ada persamaan diantara mereka semua, yaitu sama-sama mengidolakan penyanyi muda berhijab ‘Fatin Shidqia Lubis’. Persamaan itulah yang membuat mereka nyambung dalam berkomunikasi sehingga menghasilkan rasa kekeluargaan yang amat terasa diantara mereka.
“Udah lengkap semua kan yang dibutuhin nanti?” tanya Restu.
“Lengkap dong.” Jawab Azrin.
“Iyalah lengkap, pengecekannya aja udah kayak mau pergi jauh.” Cerocos Rizky.
“Sirik aja lo Ky.”
“Udah udah, kalian ini berantem terus. Kalau udah lengkap semua, ayo siap-siap!” perintah Nisa.
“Guys, gue kan tas nya kecil, jadi gak cukup buat bawa makanan banyak. Jadi,,,”
“LIAAAA...!!!” teriak mereka bersamaan.
“Hehehe sorry.” Ucap Lia sambil cengengesan.
“Yaudah yuk berangkat!” ajak Andi kali ini.
“Sebelum berangkat, mari kita berdo’a dulu, semoga sesampainya di pantai nanti kita diberi perlindungan sampai pulang kembali.” Suara Nisa memanjatkan do’a kemudian disambut ‘Amiin’ oleh semuanya.
“Ulee Lheue [1], Anonners datang!” semangat Ando.
“Gak sabar gue pengen liat senja disana, bakalan jadi moment special lagi nih dengan ditemani kalian semua.” Ucap Rizky.
“Hiks hiks hiks.” Suara Lia dengan aksen seperti dibuat-buat.
“LIAAAA...!!!”

**

Pukul 07:45 pagi
                Suara deru ombak dan bau garam kering menyambut mereka saat memasuki wilayah pantai Ulee Lheue. Mereka melepas sepatu untuk merasakan secara langsung lembutnya pasir putih pantai ini, hembusan angin seakan membelai kulit mereka kala mereka sudah berada dibibir pantai.
                Pantai Ulee Lheue, pantai yang menyimpan sejuta cerita bagi para anggota Anonners itu. Pantai yang menjadi tempat pertama kali mereka saling bertatap muka, pantai yang menjadi duka bagi seseorang yang memegang bingkai foto itu. Foto yang diambil saat nama Anonner menjadi resmi mereka dirikan, dengan saling berangkulan menandakan sudah resmilah mereka menjadi keluarga saat itu juga. Keluarga Anonners.
“Waaaww pantai yang masih tetap indah, tumben banyak banget burung yang terbang disana.” Ucap Nisa sambil menunjukan jarinya pada gerombolan burung yang tengah melintas diantara mereka.
“Mau nyari makan kali Nis, burung juga kan makhluk hidup. Emang Lia doang yang makan.” Sindir Ando.
“Sialan!” ucap Lia sambil meninju bahu Ando.
“Belum pada mandi kan?” tanya Andi.
“Ayo nyebur!” ajak Restu.
“Eh jangan teman-teman, Ky lu inget kan kata Ibu gue tadi?” ucap Azrin.
“Iya inget! Peduli setan ah! Masa main ke pantai gak pake renang? Mana asyik!” ucap Rizky sambil melepas tas dan bajunya diikuti oleh Ando dan Andi.
“Ky jangan dulu, kita harus cari penginapan dulu, kasihan Nisa sama Lia udah kecapean tuh.” Saran Restu.
“Uh suamiku ini perhatian sekali.” Ucap Lia berlebihan.
“Emang lo doang yang diperhatiin? Gue juga kali!” balas Nisa sebal, sedangkan Restu hanya tersenyum simpul untuk menjawab ocehan mereka berdua.
“Yaudah kalian cari penginapan aja. Kami ingin nyebur dulu ngerasain air pantai Ulee Lheue lagi.” Ucap Andi sambil berjalan menuju pantai.
“Iya tuh! Nanti hubungin aja, ayo ndo!” ajak Rizky.
“Iya ayoo!” jawab Ando.
                Mereka bertiga sibuk bermain air sedangkan Restu, Lia dan Nisa pergi mencari penginapan. Hanya Azrin yang memandang mereka semua dengan tatapan khawatir yang entah beralasan apa? Yang jelas ada rasa aneh pada perasaan Azrin.
                Hingga kejadian maha dahsyat itu tiba.

**

Pukul 07:58
Sebenarnya ini bukan kematian
Bukan itu
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada
Namun hakikatnya,
Disetiap pertemuan pasti ada perpisahan
Itulah yang menohok perasaan
Tak ada lagi sikap cool ala Restu
Tak ku dengar nyanyian indah suara Nisa
Tak ku lihat lagi tingkah konyol Andi
Ataupun cerita kemenangan gamers Ando
Bahkan sekarang tak akan pernah lagi aku menyaksikan celetuk ringan milik Lia
Juga kamu, yang telah menemaniku dari kecil.
Rizky, ini adalah hari mu
Ku temukan kado-kado pemberian teman-teman
Kado yang bercampur dengan air laut
Kado yang ditemani lumpur dasar laut
Juga kado yang dikelilingi kedukaan
Duka yang dirasakan semua umat
Tak hanya aku yang kehilangan
Tapi semua manusia juga berduka dengan peristiwa itu
Teguran Sang Khalik kepada Aceh.
*End Flashback*

24 Desember 2014 pukul 16:24
                Disini lah Azrin, ditempat 12 tahun lalu mereka dipertemukan, juga tempat 10 tahun lalu mereka dipisahkan. 10 tahun itu pula Azrin membiasakan diri menjalani hidup tanpa kehadiran sosok sahabat-sahabatnya. Senja di pantai Ulee Lheue ini yang merebut mereka darinya.
                Bulir air mata jatuh mengenai benda yang tengah diciumnya itu, pertanda betapa dalamnya kerinduan yang ia rasakan.
“Aku masih mengingat betapa senangnya kamu saat kami bersedia berpose di bawah senja pantai Ulee Lheue ini.” Ucap pemuda yang penuh duka itu sambil melihat kearah foto yang digenggamnya.
“Aku menyayangi kalian, teramat sangat menyayangi kalian. Senja ini menjadi saksi betapa abadinya persahabatan kita. Juga menjadi saksi betapa ia berduka dikala malam tiba. Senja ini untuk kalian, terlebih untuk kamu yang teramat menyukai keindahan senja. Selamat jalan sahabat, selamat ulang tahun.” Lirihnya ketika menengadah kearah langit sambil membentangkan bingkai foto yang menjadi satu-satunya benda kenangan yang ia miliki selain pelajaran hidup yang telah mereka berikan.

                Keajaiban Allah-lah yang membuat Azrin masih bisa bernostalgia di pantai Ulee Lheue selama ini. Karena Allah menyayanginya, namun bukan berarti Allah tidak menyayangi sahabat-sahabatnya yang telah dihempas Tsunami maha dahsyat kala itu. Namun Allah memilih Azrin-lah untuk kelak dapat menceritakan kepada anak cucunya betapa beruntungnya ia memiliki sahabat-sahabat seperti Riski, Restu, Andi, Ando, Nisa, dan Lia.
*The End*

Catatan Kaki:
[1] Pantai Ulee Lheue adalah
pantai yang pernah terkena dampak paling parah dari tsunami aceh tahun 2004 lalu. Desa terdekat yang bernama desa Ulee Lheue yang terletak persis di tepi pantai habis dihantam gelombang tsunami. Sebagian besar sudah hancur porak poranda, yang bersisa hanyalah puing-puing bangunan dan pepohonan yang tumbang sisa bencana alam tersebut. Sekarang ini wilayah Ulee Lheue sedang memulai pembangunannya kembali oleh pemerintah setempat ditambah bantuan dari lembaga asing, menjadikan tempat ini kembali indah.

 Dibuat Khusus:
1. Sebagai kado ulang tahun untuk sahabat sekaligus Abang Yusuf yang ke-17 tahun yaitu Abang Ristiono (Ciee 17 tahun :D langsung bikin KTP yah biar diakui negara, kan sama doi gak diakui *Eh)
2. Sebagai peringatan 10 tahun duka cita atas peristiwa Tsunami Aceh (Karena Settingnya dari mulai waktu, tempat, peristiwa itu sama dengan Tsunami Aceh)
3. Sebagai bentuk peringatan Hari Ibu (Walau sudah lewat tapi kan diisi cerita dikisahkan patuhnya seorang anak (Azrin) kepada Ibunya, makanya dia selamat. Anak Sholeh, Patut dicontoh tuh :D)

Selesai dibuat pada 24 Desember 2014 jam 13:40