SENJA, SAKSI SEORANG SAHABAT
Siluet
sekumpulan muda mudi yang sedang berangkulan terekam di dalam bingkai kayu
berukir cantik itu kini tengah berada dalam genggaman seseorang. Seseorang yang
tengah merasakan kerinduan yang amat dalam kepada sosok-sosok yang terdapat
didalam bingkai foto tersebut. Kerinduan yang mampu menghanyutkan jiwa dan
raganya menuju waktu lalu.
**
Langit
Aceh hari ini sedang digelayuti segerombolan awan-awan abu yang siap
menumpahkan uap dari laut itu. Anginpun mengayun kencang sehingga mampu
menyibakkan rambut Restu yang tengah mengayuh sepedanya menuju rumah tempat
sahabat-sahabatnya berkumpul. Basecamp Anonners nama bangunan tersebut.
**
Pohon-pohon
disepanjang jalan komplek itu harus rela kehilangan daun-daunnya yang terbang terbawa
angin kencang pagi ini. Terlihat dua remaja berkerudung tengah berjalan sambil
bercengkrama. Ada Lia dengan makanan ringan ditangan kirinya, sedangkan tangan
kanannya sibuk memegang isi snack tersebut untuk digilir masuk kedalam
perutnya. Sebelah Lia ada temannya dengan earphone bertengger diantara
telinganya. Nisa adalah namanya.
**
“Kak Ando buruaaann...!!!” teriak
Andi kepada kakaknya itu.
“Iya sebentar, ini gue bingung
kemas stick PS gue dimana? Sedangkan tas gue udah penuh banget.” Jawab Ando
sambil berjalan menuju tas milik Andi.
“Astagfirullah kak, masa iya
dimasukin ke tas gue lagi? Laptop lu aja udah mengambil sebagian tempat dalam
tas gue ini.” Protes Andi saat kakaknya itu tengah memaksakan stick PSnya agar
cukup di dalam tas Andi.
“Lagian kita kan mau liburan! Kalau
mau nge-game di rumah aja nanti setelah kita pulang liburan.” Lanjut Andi.
“Bawel lo ah, lagian gue kan gak
bisa 1 hari pun gak pencet-pencet tuh stick buat ngalahin musuh-musuh gue. Takut
gak bisa main games lagi setelah liburan ini, kalau gak dibawa, laptop gue bisa
hancur dioprek adik lo itu.”
“Adik lo juga kak.” Ralat Andi
cepat.
“Iya, iya... selesai! Ayo kita
berangkat!” ajak Ando.
“Pamit dulu sama Mamah Papah.” Saran
Andi.
“Pasti! Ayoo!” Jawab Ando.
**
“Baju, alat sholat, obat
pribadi........”
“Astagfirullah Azrin! Lo mau
liburan apa pindahan sih? Bentar-bentar di cek, buruan anak-anak udah pada
nunggu nih!”
“Iya ini udah lengkap semua kok Ky.”
Ucap Azrin pada Rizky yang sudah menunggu di depan pintu kamar Azrin.
“Yaudah buruan kita pamit, Ibu lo
dimana?” tanya Rizky.
“Ada di dapur’” Jawab Azrin.
“Yaudah cepet” ucap Rizky agak
jengkel.
“Iya, iya.” Ucap Azrin
tergesa-gesa.
Mereka
pun menghampiri Ibu Azrin yang tengah memasak.
“Bu, Azrin berangkat dulu yah?”
pamit Azrin pada Ibunya.
“Iya Bu, Rizky juga.” Tambah Rizky.
“Ya Allah nak pagi-pagi sekali.”
“Iya Bu, soalnya mau nikmatin
matahari terbit.” Ucap Rizky sumringah.
“Oh gitu, hati-hati yah disana
nanti, jangan lupakan sholat karena keasyikan berlibur.” ucap Ibu sambil
berkaca-kaca.
“Iya Bu.” Jawab Azrin dan Rizky
serempak.
“Satu lagi, kalau udah nyampe sana
jangan berenang, cuacanya lagi gak bagus.” Pesan Ibu.
“Tapi untuk syarat yang kedua itu. Hmmmm,,
gatau deh Bu, masa liburan ke pantai gak boleh berenang.” Protes Azrin,
sedangkan Ibunya mulai menangis.
“Ibu jangan nangis, Azrin pergi cuma
dua hari doang kok bu, Azrin bakal ngabarin Ibu terus, masih satu kota ini kan
Bu? Udah yah Bu jangan nangis, Azrin pamit.” Terang Azrin sambil menyalami
tangan Ibunya diikuti Rizky selanjutnya.
**
Tepat
pukul 07:00 pagi Restu telah sampai di Basecamp Anonners. Ia kemudian
memasukkan sepedanya ke dalam garasi Basecamp, lalu mengambil kunci pintu di
dalam saku celananya. Pintu terbuka, Restu pun bergegas masuk dan duduk di sofa
untuk menunggu teman-temannya.
Restu
mendengar suara tawa seseorang di luar sana, tawa yang sangat dia kenal. Ia pun
bangkit dan berjalan menuju pintu setelah melepas tas beratnya. Terlihat Lia
dan Nisa di luar sana tengah berjalan menghampiri Restu.
“Assalamu’alaikum...” salam Lia dan
Nisa bersamaan.
“Walaikumsalam...” jawab Restu.
“Wah rajinnya calon suami gue ini.”
Celetuk Lia.
“Hush, baru datang udah main nyosor
aja kamu Lia.” Ucap nisa, sedangkan Restu hanya tersenyum simpul membalas
celetukan Lia.
“Hehe yang lain masih pada dimana?”
tanya Lia.
“Masih pada di jalan katanya.” Jawab
Restu.
“Tuh Adik-Kakak super rempong baru
datang.” Ucap Nisa sambil menunjuk ke arah pagar, terlihat disana ada Ando dan
Andi yang sedang kesulitan membawa tasnya.
“Huh huh sorry telat nih,
beratnyaaaa!” ucap Andi.
“Wa’alaikumsalam...” ucap Restu,
Lia, dan Nisa bersamaan.
“Hehe, tau nih Andi main ngoceh
aja.” Protes Ando.
“Iya ma’af abisnya berat banget
sih!” ucap Andi sambil meletakkan tasnya ke lantai.
“EHEM! WA’ALAIKUMSALAM!!!” ucap
Nisa sedikit keras.
“Eh? Hehe Assalamu’alaikum...”
salam Ando kikuk.
“Ma’af lagi, Assalamu’alaikum...”sesal
Andi.
“Wa’alaikumsalam...” jawab mereka
bersamaan.
“Oh iya, ma’af nih telat.” Ucap Ando.
“Ma’af? Telat 15 menit cuma ma’af?
GORENGAN 15000!!!” Teriak Lia galak.
“Eh? Sadis amat sih Lia, lagi laper
yah lo?” tanya Ando.
“Iya tuh pasti, biasanya aja
begitu.” Ucap Andi yang membuat Lia mengembungkan pipinya sebal.
“Ya Allah Lia, tadi sepanjang
perjalanan ke sini kan bibir kamu ngunyah terus?” sambung Nisa.
“Ish kalian ini,kayak gak tau gue
aja.”
“Tukang makan tapi gak gendut.” Ucap
Restu disambut gelak tawa oleh semuanya, termasuk Lia.
“Assalamu’alaikum teman-teman.”
Tawa
mereka terhenti saat mendengar dua orang dibelakang Andi dan Ando mengucapkan
salam.
“Wa’alaikumsalam...” jawab mereka
serentak.
“Udah gak solid nih ketawa bareng
gak ajak-ajak.”
“Eh Azrin sama Rizky.” Ucap Nisa
sambil tersenyum.
“Makanya jangan telat!” protes Lia.
“Iya ma’af nih teman-teman, kita
telat gara-gara Azrin cek bawaan sampai berkali-kali, udah gitu segala ada
drama dulu lagi saat pamit tadi.” Ucap Rizky panjang.
“Udah gak aneh!” Ucap Ando.
“Yaudah yuk masuk dulu sebelum
berangkat.” Ajak Restu.
“Ayo!” ucap Andi semangat.
Mereka
pun masuk ke dalam Basecamp tempat mereka berkumpul selama dua tahun terakhir
ini. Anonners lah yang menyatukan mereka bertujuh. Berawal dari keisengan Rizky
membentuk group chat di Facebook dengan memasukkan Azrin, Andi, dan Restu. Dari
yang bernama awal ‘The Horrors’ menjadi Anonners, dari yang beranggotakan empat
orang menjadi tujuh orang seperti sekarang ini.
Anonners
sendiri adalah sebuah group yang dibentuk atas dasar keisengan, dengan agenda
mengadakan silaturahmi dan kegiatan sosial. Ada persamaan diantara mereka
semua, yaitu sama-sama mengidolakan penyanyi muda berhijab ‘Fatin Shidqia Lubis’.
Persamaan itulah yang membuat mereka nyambung dalam berkomunikasi sehingga
menghasilkan rasa kekeluargaan yang amat terasa diantara mereka.
“Udah lengkap semua kan yang
dibutuhin nanti?” tanya Restu.
“Lengkap dong.” Jawab Azrin.
“Iyalah lengkap, pengecekannya aja
udah kayak mau pergi jauh.” Cerocos Rizky.
“Sirik aja lo Ky.”
“Udah udah, kalian ini berantem
terus. Kalau udah lengkap semua, ayo siap-siap!” perintah Nisa.
“Guys, gue kan tas nya kecil, jadi
gak cukup buat bawa makanan banyak. Jadi,,,”
“LIAAAA...!!!” teriak mereka
bersamaan.
“Hehehe sorry.” Ucap Lia sambil cengengesan.
“Yaudah yuk berangkat!” ajak Andi
kali ini.
“Sebelum berangkat, mari kita berdo’a
dulu, semoga sesampainya di pantai nanti kita diberi perlindungan sampai pulang
kembali.” Suara Nisa memanjatkan do’a kemudian disambut ‘Amiin’ oleh semuanya.
“Ulee Lheue [1], Anonners datang!”
semangat Ando.
“Gak sabar gue pengen liat senja
disana, bakalan jadi moment special lagi nih dengan ditemani kalian semua.” Ucap
Rizky.
“Hiks hiks hiks.” Suara Lia dengan
aksen seperti dibuat-buat.
“LIAAAA...!!!”
**
Pukul 07:45 pagi
Suara
deru ombak dan bau garam kering menyambut mereka saat memasuki wilayah pantai
Ulee Lheue. Mereka melepas sepatu untuk merasakan secara langsung lembutnya
pasir putih pantai ini, hembusan angin seakan membelai kulit mereka kala mereka
sudah berada dibibir pantai.
Pantai
Ulee Lheue, pantai yang menyimpan sejuta cerita bagi para anggota Anonners itu.
Pantai yang menjadi tempat pertama kali mereka saling bertatap muka, pantai
yang menjadi duka bagi seseorang yang memegang bingkai foto itu. Foto yang
diambil saat nama Anonner menjadi resmi mereka dirikan, dengan saling
berangkulan menandakan sudah resmilah mereka menjadi keluarga saat itu juga. Keluarga
Anonners.
“Waaaww pantai yang masih tetap
indah, tumben banyak banget burung yang terbang disana.” Ucap Nisa sambil
menunjukan jarinya pada gerombolan burung yang tengah melintas diantara mereka.
“Mau nyari makan kali Nis, burung
juga kan makhluk hidup. Emang Lia doang yang makan.” Sindir Ando.
“Sialan!” ucap Lia sambil meninju
bahu Ando.
“Belum pada mandi kan?” tanya Andi.
“Ayo nyebur!” ajak Restu.
“Eh jangan teman-teman, Ky lu inget
kan kata Ibu gue tadi?” ucap Azrin.
“Iya inget! Peduli setan ah! Masa main
ke pantai gak pake renang? Mana asyik!” ucap Rizky sambil melepas tas dan
bajunya diikuti oleh Ando dan Andi.
“Ky jangan dulu, kita harus cari
penginapan dulu, kasihan Nisa sama Lia udah kecapean tuh.” Saran Restu.
“Uh suamiku ini perhatian sekali.” Ucap
Lia berlebihan.
“Emang lo doang yang diperhatiin? Gue
juga kali!” balas Nisa sebal, sedangkan Restu hanya tersenyum simpul untuk
menjawab ocehan mereka berdua.
“Yaudah kalian cari penginapan aja.
Kami ingin nyebur dulu ngerasain air pantai Ulee Lheue lagi.” Ucap Andi sambil
berjalan menuju pantai.
“Iya tuh! Nanti hubungin aja, ayo
ndo!” ajak Rizky.
“Iya ayoo!” jawab Ando.
Mereka
bertiga sibuk bermain air sedangkan Restu, Lia dan Nisa pergi mencari
penginapan. Hanya Azrin yang memandang mereka semua dengan tatapan khawatir
yang entah beralasan apa? Yang jelas ada rasa aneh pada perasaan Azrin.
Hingga
kejadian maha dahsyat itu tiba.
**
Pukul 07:58
Sebenarnya ini bukan kematian
Bukan itu
Karena, aku tahu bahwa semua yang
ada pasti menjadi tiada
Namun hakikatnya,
Disetiap pertemuan pasti ada
perpisahan
Itulah yang menohok perasaan
Tak ada lagi sikap cool ala Restu
Tak ku dengar nyanyian indah suara
Nisa
Tak ku lihat lagi tingkah konyol
Andi
Ataupun cerita kemenangan gamers
Ando
Bahkan sekarang tak akan pernah
lagi aku menyaksikan celetuk ringan milik Lia
Juga kamu, yang telah menemaniku
dari kecil.
Rizky, ini adalah hari mu
Ku temukan kado-kado pemberian
teman-teman
Kado yang bercampur dengan air laut
Kado yang ditemani lumpur dasar
laut
Juga kado yang dikelilingi kedukaan
Duka yang dirasakan semua umat
Tak hanya aku yang kehilangan
Tapi semua manusia juga berduka dengan
peristiwa itu
Teguran Sang Khalik kepada Aceh.
*End Flashback*
24 Desember 2014 pukul 16:24
Disini
lah Azrin, ditempat 12 tahun lalu mereka dipertemukan, juga tempat 10 tahun
lalu mereka dipisahkan. 10 tahun itu pula Azrin membiasakan diri menjalani
hidup tanpa kehadiran sosok sahabat-sahabatnya. Senja di pantai Ulee Lheue ini
yang merebut mereka darinya.
Bulir
air mata jatuh mengenai benda yang tengah diciumnya itu, pertanda betapa
dalamnya kerinduan yang ia rasakan.
“Aku masih mengingat betapa
senangnya kamu saat kami bersedia berpose di bawah senja pantai Ulee Lheue ini.”
Ucap pemuda yang penuh duka itu sambil melihat kearah foto yang digenggamnya.
“Aku menyayangi kalian, teramat sangat
menyayangi kalian. Senja ini menjadi saksi betapa abadinya persahabatan kita. Juga
menjadi saksi betapa ia berduka dikala malam tiba. Senja ini untuk kalian,
terlebih untuk kamu yang teramat menyukai keindahan senja. Selamat jalan
sahabat, selamat ulang tahun.” Lirihnya ketika menengadah kearah langit sambil
membentangkan bingkai foto yang menjadi satu-satunya benda kenangan yang ia
miliki selain pelajaran hidup yang telah mereka berikan.
Keajaiban
Allah-lah yang membuat Azrin masih bisa bernostalgia di pantai Ulee Lheue
selama ini. Karena Allah menyayanginya, namun bukan berarti Allah tidak
menyayangi sahabat-sahabatnya yang telah dihempas Tsunami maha dahsyat kala
itu. Namun Allah memilih Azrin-lah untuk kelak dapat menceritakan kepada anak
cucunya betapa beruntungnya ia memiliki sahabat-sahabat seperti Riski, Restu, Andi,
Ando, Nisa, dan Lia.
*The End*
Catatan
Kaki:
[1] Pantai Ulee Lheue adalah pantai yang pernah terkena dampak paling parah dari tsunami aceh tahun 2004 lalu. Desa terdekat yang bernama desa Ulee Lheue yang terletak persis di tepi pantai habis dihantam gelombang tsunami. Sebagian besar sudah hancur porak poranda, yang bersisa hanyalah puing-puing bangunan dan pepohonan yang tumbang sisa bencana alam tersebut. Sekarang ini wilayah Ulee Lheue sedang memulai pembangunannya kembali oleh pemerintah setempat ditambah bantuan dari lembaga asing, menjadikan tempat ini kembali indah.
[1] Pantai Ulee Lheue adalah pantai yang pernah terkena dampak paling parah dari tsunami aceh tahun 2004 lalu. Desa terdekat yang bernama desa Ulee Lheue yang terletak persis di tepi pantai habis dihantam gelombang tsunami. Sebagian besar sudah hancur porak poranda, yang bersisa hanyalah puing-puing bangunan dan pepohonan yang tumbang sisa bencana alam tersebut. Sekarang ini wilayah Ulee Lheue sedang memulai pembangunannya kembali oleh pemerintah setempat ditambah bantuan dari lembaga asing, menjadikan tempat ini kembali indah.